"Dr Seuss The Lorax" merupakan salah satu film animasi yang diadaptasi dari buku cerita karangan Theodor Seuss Geisel (Dr Seuss). Film ini diperankan oleh Ted (Zac Efron), Audrey (Taylor Swift),The Oce-ler(Ed Helms) dan Lorax (Danny DeVito),O'Hare (Rob Riggle).
Film ini mengisahkan tentang kehidupan manusia di wilayah yang bernama Theneedville, dimana semua penduduknya hidup di lingkungan yang terbuat dari plastik, di jaman modern itu sama sekali tidak ditemui pohon,air bersih,tanah yang asli. Semuanya terbuat dari plastik cipataan perusahaan yang dikelola oleh seorang pengusaha besar bernama O'Hare.
Suatu ketika Ted berusaha mencari sesuatu yang diidamkan gadis idamannya Audrey berupa pohon asli berjeis Trufulla. Lewat petunjuk dari sang nenek, petualangan pun dimulai,,, Ia mencari pohon trufulla itu yang kemungkinan masih dimiliki The Oce-ler, yang masa hidupnya dipenuhi rasa penyesalan karena tidak menuruti kata penjaga hutan bernama Lora
Pada dasarnya film ini berisi untuk membangkitkan kepada para generasi muda di masa depan untuk melestarikan alam. Sebenarnya buku ini sangat sederhana, namun lewat tangan sutradara Chris Renauld dan Kyle Balda, ketika kalian menonton film ini, dijamin akan jauh dari rasa bosan karena sutradara Chris Reanauld dan Kyle Balda telah menambahkan unsur drama musikal didalamnya.
Dan yang lebih membuat tidak bosan adalah unsur- unsur animasi yang cerah, dan tokoh - tokoh animasi yang lucu seperti beruang, burung, ikan, dan karakteer penjaga hutan yang berbentuk mungil,kecil dan berwarna oranye.
Tindakan masa lalu yang telah dilakukan oleh The Oce-ler dan kepedulian Ted untuk melestarikan pohon, seakan menjadi kunci utama di film ini, karena disana tersisip sebuah edukasi yang bisa diserap dengan mudah oleh generasi muda dan berharap bisa dipresentasikan dalam kehidupan nyata.
Secara keseluruhan, Dr. Seuss' The Lorax adalah film yang sangat menghibur sekaligus dapat mengedukasi para generasi muda hingga orang dewasa. Para penonton yang akan melihat film ini, dipastikan akan membawa pulang sebuah pesan yang mereka dapat setelah menikmati layar lebar yang berdurasi 86 menit tersebut.
Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan film ini,namun ini adalah film ke-2 dari film cars. Mari kita bahas sinopsisnya.
Sekali lagi Lightning McQueen (Owen Wilson) harus berlaga dalam sebuah perlombaan untuk menentukan mobil tercepat di dunia. Kali ini misi Lightning McQueen tak mudah karena ada serangkaian balapan yang harus ia selesaikan kalau ia ingin disebut sebagai mobil tercepat di dunia. Untungnya Mater (Larry the Cable Guy) selalu setia menemani Lightning meski kali ini Mater juga punya masalah sendiri yang harus diselesaikan.
Balapan yang harus diselesaikan Lightning kali ini terdiri dari lima etape yang diselenggarakan di lima negara berbeda. Etape pertama adalah menuruni Gunung Fuji, dilanjutkan dengan balap di Jerman yang melewati Black Forest. Selanjutnya Lightning harus berangkat ke Italia dan dilanjutkan ke Perancis dan Inggris. Masing-masing etape ini punya tantangan tersendiri dan Lightning harus mampu mengatasinya.
Sayangnya, Mater yang seharusnya membantu Lightning malah terjebak dalam sebuah dilema. Di satu sisi Mater harus memastikan Lightning dalam kondisi terbaik agar bisa memenangkan semua etape dan keluar sebagai juara namun di sisi lain Mater juga terjebak dalam urusan spionase antar negara. Mater punya tugas rahasia yang harus ia selesaikan.
Dre Parker (Jaden Smith) adalah seorang anak berumur 12 tahun yang tinggal di Detroit. Suatu hari ibunya, Sherry (Taraji Henson), dipindahkan ke Cina, sehingga Dre harus mengikutinya pindah ke Cina. Meski pada awalnya membenci negara tersebut dan ingin segera kembali ke Amerika, Dre mulai sedikit berubah ketika berkenalan dengan seorang gadis yang bernama Mei Ying (Wenwen Han). Keakraban keduanya membuat Cheng (Zhenwei Wang), teman Mei, tidak terima. Dengan menggunakan ilmu kungfu yang dimilikinya, dengan mudah ia mengalahkan Dre.
Dre terus dikerjai oleh Cheng hingga suatu ketika Mr Han (Jackie Chan), yang bekerja sebagai petugas pemelihara kebersihan di apartemen tempat Dre dan ibunya tinggal, menolongnya. Mengetahui bahwa Mr Han menguasai kung fu, Dre pun meminta Mr Han untuk mengajarkan kung fu kepadanya. Meski pada akhirnya menolak, pada akhirnya Mr Han mau melakukannya, dengan syarat, Dre mengikuti pertandingan kung fu tingkat nasional yang akan diselenggarakan beberapa bulan kemudian, melawan Cheng dan kawan-kawannya.
Resensiku
The Karate Kid adalah remake dari film lawas dengan judul yang sama yang dibuat pada tahun 1984 silam. Dan syukurlah, tidak seperti kebanyakan film remake yang jadinya justru lebih parah, yang satu ini boleh dikata LUAR BIASA!
Dari sisi plot cerita, meski ada sedikit perbedaan latar belakang, namun secara garis besar sama. Cara Mr Han mengajarkan kung fu kepada Dre dengan menggunakan gerakan umum yang bisa dilakukan sehari-hari juga mirip dengan cara Mr. Miyagi 26 tahun lalu. Dan sudah jelas, adanya turnamen di sesi akhir film juga sama dengan versi aslinya. Yang harus diacungi jempol adalah bagaimana sang sutradara, Harald Zwart, berhasil menampilkan keindahan negeri Cina TANPA harus berkutat pada tembok Cina. Juga pemilihan karakter Mei Ying yang, meski tidak cantik, namun mengentalkan nuansa negeri Cina dalam The Karate Kid.
Dari sisi pemain, Will Smith dan Jada Pinkett Smith sudah jelas bangga melahirkan Jaden Smith. Dengan wajah dan kelakuan yang Will Smith banget, Jaden jelas menunjukkan bakat alaminya sebagai aktor. Bahkan untuk bermain di film ini, ia tidak sungkan untuk belajar kung fu terlebih dahulu selama berbulan-bulan dan melakoni sendiri SEMUA adegan di film tersebut tanpa menggunakan pemeran pengganti. Untuk Jackie Chan rasanya tidak perlu diragukan lagi. Setelah beberapa film terakhirnya yang kualitasnya agak di bawah rata-rata, akhirnya si Drunken Master ini bisa menunjukkan lagi kebolehannya. Peran Taraji Henson sebagai ibu Dre juga tidak boleh dipandang sebelah mata. Meski tidak terlalu sering eksis, namun si nominator Oscar ini mampu membuat film The Karate Kid lebih hidup.
Secara keseluruhan, hanya satu yang bisa kami katakan — TONTON THE KARATE KID!
Topik yang berhubungan dengan resensi ini: resensi film karate kid, resensi karate kid, sinopsis film karate kid, resensi novel karate kid, pemain karate kid, buku karate, cerita film karate kid, resensi film the karate kid, novel karate kid, resensi buku the karate kid.
High School Musical 3 adalah sebuah film yang merupakan lanjutan dari High School Musical 2, sebuah film televisi Disney Channel yang amat populer. Film tersebut sedikit berbeda dari 2 film terdahulunya dan telah dijadwalkan untuk dirilis pada 24 Oktober 2008 untuk Amerika Serikat dan 29 Oktober 2008 untuk Indonesia. High School Musical 3 dibuat untuk film bioskop sedangkan 2 film High School Musical sebelumnya dibuat untuk televisi.
Enam tokoh utama dari dua film terdahulu akan memerankan peran mereka lagi.
"High School Musical 3" menceritakan tentang anggota Wildcats senior di sekolah, Troy dan Gabriella harus menghadapi kenyataan bahwa mereka harus berpisah, karena memasuki universitas yang berbeda. Gabriella masuk ke Stanford University dan Troy akan masuk ke University of Albuquerque. Disertai anggota Wildcats yang lain, mereka mempersembahkan sebuah musikal musim semi untuk mencerminkan pengalaman, harapan dan ketakutan mereka terhadap masa depan mereka.
High School Musical 3: Senior Year memperoleh pendapatan kotor US$50 juta pada 3 hari pertama penayangannya di Amerika dan US$40 juta di luar Amerika, membuat film ini mencatatkan rekor baru sebagai film musikal yang meraih pendapatan terbesar di minggu pembukaannya.
Kapten tim basket Troy menyemangati timnya East High yang sedang dalam posisi tertinggal (Now or Never) dan akhirnya mereka memenangkan kejuaraan tersebut. Kejuaraan ini begitu berarti karena merupakan kejuaraan terakhir yang diikuti para senior East High. Kemudian, Troy mengadakan pesta di rumahnya. Ia berbincang-bincang dengan Gabriella tentang masa depan mereka dan berharap agar sisa beberapa bulan di East High tidak akan berakhir begitu saja. (Right Here, Right Now).
Sharpay bertemu dengan Tiara Gold, seorang murid pindahan dari Inggris, yang kemudian dijadikan Sharpay sebagai asistennya. Ketika guru drama Ms. Darbus mengetahui bahwa hanya sedikit sekali murid yang mendaftar untuk musikal musim semi, Sharpay menyarankan agar ia melakukan pertunjukan solo. Perkataan Sharpay ini langsung menyadarkan Kelsi, yang menulis untuk pertunjukan tersebut, segera mendaftarkan semua anak di kelas. Kemudian Ms. Darbus berkata bahwa mereka akan membuat sebuah pertunjukan tentang hari akhir mereka di East High, yang disebut dengan “Senior Year”. Dia juga memberitahu bahwa Sharpay, Ryan, Kelsi, dan Troy mendapatkan kesempatan beasiswa di Juilliard School, tapi hanya satu saja yang diterima. Troy menolak karena ia tidak mendaftar di Juilliard. (Nanti kita bisa tahu bahwa Ms.Darbus-lah yang mendaftarkannya ke Juilliard). Sharpay berusaha untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Ia juga mengetahui kalau Kelsi pasti akan memberikan lagu terbaik pada Troy dan Gabriella di musikal tersebut, maka ia menyuruh Ryan untuk membujuk Kelsi agar memberikan mereka sebuah lagu. Sharpay juga memprediksi masa depannya dan Ryan (I Want It All).
Hari berikutnya, Troy bertanya pada Gabriella apakah ia mau berdansa dengannya. Gabriella kemudian mengajari Troy bagaimana cara menari waltz (Can I Have This Dance?). Chad mengajak Taylor untuk pergi ke prom dengannya tapi dengan cara yang kurang sopan. Taylor langsung menolak, tapi kemudian setuju setelah melihat usaha Chad yang mengajaknya di hadapan seluruh murid East High. Lalu grup berlatih untuk acara musikal (A Night to Remember). Hari berikutnya Ryan mengetahui Kelsi sedang membuat lagu di ruang musik dan mereka mulai bernyanyi (Just Wanna Be With You) dan Ryan mengajak Kelsi ke prom. Ketika Troy dan Chad sedang mengenang masa lalu mereka (The Boys Are Back), Sharpay dan Tiara tahu kalau Gabriella mempunyai kesempatan lebih cepat untuk masuk Stanford University. Sharpay memberitahukannya pada Troy dan malamnya Troy langsung bicara pada Gabriella tentang masalah ini. Setelah menghabiskan malam bersama, Troy pulang dan Gabriella bernyanyi (Walk Away) dan pergi ke Stanford keesokan harinya.
Ayah Troy, Jack Bolton, bicara dengan Troy mengenai masa depannya, dimana ia berharap Troy akan masuk ke University of Albuquerque. Karena adanya asumsi seperti ini, Troy malah dan bingung, ia pergi ke East High untuk melampiaskan kemarahan dan kebingungannya (Scream). Ms. Darbus dengan diam-diam menonton dan kemudian berkata pada Troy bahwa ialah yang mengirimkan aplikasi untuk Troy pada Julliard. Troy mendapat telpon dari Gabriella dan berkata meskipun ia mencintai Troy, tapi ia tidak bisa balik ke Albuquerque. Meskipun begitu, di hari prom, Troy datang ke Stanford University dan mengajaknya kembali dan mereka berciuman setelah bernyanyi (Can I Have This Dance? (Reprise)). Kembali ke East High, Sharpay sedang menyiapkan dirinya. Teman basket Troy, Jimmie, menerima pesan teks dari Troy untuk menggantikan dirinya karena ia bakalan telat. Perwakilan Juilliard juga sudah datang dan acara dimulai dengan baik.
Kelsi dan Ryan memulai acara dilanjutkan dengan penampilan tim Cheerleader dan tim basket, dilanjutkan dengan Ryan dan timnya; lalu Jimmie beraksi dengan Sharpay dan membuat Sharpay malu setengah mati. Troy dan Gabriella muncul di pertengahan acara dan menyanyikan duet mereka bersama. Di kamar ganti, Tiara mengkhianati Sharpay dan berkata kalau ia akan mengambil alih departemen drama tahun depan. Sharpay akhirnya merasakan bagaimana direndahkan tapi tidak patah semangat. Ketika Tiara sedang beraksi di panggung, tiba-tiba Sharpay muncul begitu saja dari atas dan ikut bernyanyi di panggung. (Senior Year Spring Musical). Di akhir acara, Ms. Darbus mengumumkan kalau Kelsi dan Ryan mendapatkan beasiswa Juilliard. Ms. Darbus juga menceritakan masa depan mereka semua kecuali Troy karena dulu ia tidak menceritakannya. Akhirnya, Troy berkata bahwa ia akan masuk Universitas California, Berkeley dan memilih teater sebagai masa depannya (We're All In This Together (Graduation Mix)).
Di acara upacara graduasi, Troy memberikan pidatonya. Stelah itu, seluruh senior membentuk lambang Wildcats dan melemparkan topi mereka ke udara. Setelah itu mereka semua sama-sama menari dan menyanyi bersama (High School Musical). Film diakhiri dengan keenam pemain utamanya melakukan aksi lompatan High School Musical yang populer, kemudian tersenyum, dan tirai tertutup.
Pesta! Hanya itu yang ada di kepala The Chipmunks kalau mereka sudah berkumpul. Bukan tanpa risiko. Bukan hanya sekali mereka membuat kekacauan, termasuk kali ini. Alhasil, mereka pun terdampar di sebuah pulau terasing. Terasing? Ya, walaupun itu bukan berarti pulau ini tak ada penghuninya. Dasar The Chipmunks, dalam kondisi apapun selalu ada alasan buat mereka untuk bernyanyi.
Semuanya berawal dari liburan bersama David Seville (Jason Lee). Sejak awal keberangkatan pun sudah ada gejala kalau Alvin (Justin Long), Simon (Matthew Gray Gubler), dan Theodore (Jesse McCartney) yang tergabung dalam The Chipmunks bakal gila-gilaan. David tak bisa berbuat banyak. Ia hanya berharap The Chipmunks tidak membuat masalah kali ini.
Sayang harapan David sepertinya tak akan jadi kenyataan. Karena ulah The Chipmunks, kapal yang mereka tumpangi malah harus mendarat darurat di sebuah pulau kecil. David terpisah dari para Chipmunks sementara itu The Chipmunks juga berusaha untuk menemukan David. Sendiri? Tidak. Kali ini The Chipmunks ditemani The Chipettes yang terdiri dari Jeanette (Anna Faris), Eleanor (Amy Poehler), dan Brittany (Christina Applegate).
Petualangan Alvin dan para Chipmunks masih berlanjut. Setelah Alvin and the Chipmunks (2007) dan Alvin and the Chipmunks: The Squeakquel (2009), kini mereka muncul dalam Alvin and the Chipmunks: Chipwrecked yang akan diedarkan pertengahan Desember nanti. Apakah ini akan jadi bagian penutup? Mungkin tidak karena sepertinya 20th Century Fox masih bisa mengeruk keuntungan dari film ini. Tak cuma diedarkan dalam bentuk film, Alvin and the Chipmunks: Chipwrecked ini juga dirilis dalam format game untuk Wii, Nintendo DS, dan Kinect for Xbox 360.
Hugo' adalah film petualangan fantasi yang terjadi di stasiun kereta api Paris pada awal 1930-an. Hugo Cabret adalah seorang anak muda yang ibunya telah meninggal dan tinggal bersama ayahnya, seorang ahli pembuat jam, yang membawanya untuk melihat film dan mencintai film-film George Melies.
Film garapan Martin Scorsese ini meraih nominasi terbanyak di ajang Academy Awards 2011. 'Hugo' diadaptasi dari novel 'The Invention of Hugo Cabret' karya Brian Selznick.
Tak ada yang tahu kalau selama ini Hugo Cabret (Asa Butterfield dan ayahnya (Jude Law) tinggal di relung-relung di balik dinding stasiun kereta api kota Paris. Untuk sementara waktu semuanya berjalan baik-baik saja namun situasi jadi memburuk saat ayah Hugo tiba-tiba menghilang. Kini Hugo harus menjalani hidupnya sendiri sambil memecahkan misteri yang sepertinya sengaja diwariskan sang ayah.
Ayah Hugo meninggalkan banyak barang aneh, termasuk robot yang sepertinya tidak bisa berfungsi dengan baik. Sambil berusaha menghidupi dirinya sendiri, Hugo mulai mencoba mengumpulkan beberapa petunjuk untuk mengungkap misteri yang diwariskan padanya ini. Jelasnya itu bukan usaha mudah karena Hugo juga harus tetap merahasiakan di mana selama ini ia tinggal.
Usaha Hugo mulai menemui titik terang saat ia bertemu Isabelle (Chloƫ Grace Moretz). Entah kenapa tapi Hugo begitu percaya pada gadis cilik ini. Dan yang lebih aneh lagi, sepertinya Isabelle adalah bagian dari misteri yang sepertinya tak terpecahkan ini. Tentu saja ini bukan tanpa risiko. Kalau Isabelle sudah tahu di mana Hugo tinggal, artinya, bisa saja rahasia ini juga bakal diketahui orang lain.
Martin Scorsese akhirnya mulai merambah dunia 3D, dunia yang selama ini tak mau disentuh sebagian besar sutradara kawakan. Mungkin karena pengaruh kesuksesan Avatar namun itu tak terlalu jadi masalah karena Scorsese pastinya tak akan sepenuhnya bertumpu pada teknologi ini.
Ada banyak nama besar yang bisa dijadikan jaminan film-film bermutu. Selain Scorsese sendiri, masih ada nama Chloƫ Grace Moretz, Ben Kingsley, dan Sacha Baron Cohen yang jadi pendukung film ini. Bahkan Johnny Depp pun ikut terlibat lewat rumah produksinya yang bernama Infinitum Nihil. Kisahnya sendiri diadaptasi dari novel karya Brian Selznick oleh penulis naskah John Logan.